Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis untuk Deteksi Awal

Pemeriksaan penunjang osteoporosis bertujuan untuk memperkirakan risiko osteoporosis dan mendeteksi kepadatan tulang lebih dini sebelum terjadi kerusakan yang lebih serius. 

Dalam pemeriksaan penunjang osteoporosis, nantinya akan ada upaya mendeteksi penurunan kepadatan tulang sebelum terjadi kerusakan yang lebih serius dan menilai risiko fraktur (patah tulang) di kemudian hari. 

Selain itu, pemeriksaan penunjang osteoporosis akan membantu dokter memutuskan pengobatan apa yang tepat bagi Anda. 

Dengan tahu kondisi tulang, maka intervensi medis seperti pemberian obat-obatan, suplemen, atau bahkan perubahan gaya hidup bisa Anda peroleh lebih dini guna mencegah komplikasi lebih lanjut. 

banner caregiver medi-call
Medi-Call: Layanan Caregiver di Lokasi Anda

Daftar Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis

Selain diagnosis osteoporosis, ada beberapa pemeriksaan yang penting untuk memberikan informasi tambahan untuk membantu dokter memahami kondisi tulang secara komprehensif. Memang, ini bukan menjadi metode utama untuk mendiagnosis, tapi sangat berperan untuk mendeteksi faktor tambahan yang mungkin sebelumnya tidak terlihat dalam pemeriksaan utama seperti Dual-Energy X-ray Absorptiometry (DXA). Berikut ini daftar pemeriksaan penunjang osteoporosis dianjurkan untuk Anda lakukan:  
  • Fracture Risk Assessment Tools Model (FRAX)
Pertama, yakni FRAX. Laman Osteoporosis Canada menjelaskan jika pemeriksaan ini bisa digunakan untuk memprediksi patah tulang dalam 10 tahun ke depan yang diakibatkan osteoporosis. 

Alat ini dikembangkan oleh WHO dengan cara menggabungkan berbagai faktor klinis seperti usia, jenis kelamin, penggunaan obat golongan glukokortikoid, riwayat patah tulang, serta konsumsi alkohol dan aktivitas merokok. 

FRAX bisa digunakan berdasarkan atau tanpa hasil dari Bone Mineral Index (BMD) guna menghitung risiko terjadinya fraktur di bagian tulang belakang, tulang pinggul, dan lainnya. 
  • Quantitative Computed Tomography (QCT)
Laman Health menjelaskan salah satu metode yang sering digunakan untuk mengetahui kesehatan (kepadatan) tulang adalah QCT. 

Tidak sepopuler DXA memang, tapi metode ini menawarkan keunggulan karena mampu memberi gambaran tiga dimensi dari kepadatan tulang. 

Utamanya untuk tulang belakang dan tulang pinggul yang menjadi area terpenting diagnosis osteoporosis. 
  • Biomechanical Computed Tomography (BCT)
Selanjutnya, ada pemeriksaan penunjang osteoporosis BCT yang menggunakan radiologi canggih untuk mengukur kekuatan dan kepadatan tulang. 

Mengapa ini cocok menjadi pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis? Alasannya karena BCT mampu memberi gambar tiga dimensi (3D) yang lebih detail daripada DXA. 

Bahkan, BCT bisa menunjukkan struktur tulang dan memberi analisis secara spesifik mengenai kekuatan tulang Anda. 

BCT pun efektif untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi mengalami fraktur (patah tulang), meskipun hasil BMD masih menunjukkan osteopenia (kepadatan tulang rendah tapi belum osteoporosis). 
  • Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium juga penting untuk menyingkirkan atau mencari penyebab osteoporosis sekunder (osteoporosis yang disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain seperti kekurangan nutrisi, gangguan hormon, atau penggunaan obat tertentu dalam jangka panjang). 

Misalnya, dengan Hitung Darah Lengkap (CBC), Kalsium, Fosfor, Kreatinin Serum, Magnesium, Alanin Aminotransferase (ALT), serta sejumlah panel metabolik dan hormonal lainnya. 

Baca juga:  Terapi Osteoporosis Pada Lansia
  • Radiofrequency Echographic Multi-Spectrometry (REMS)

Menjadi salah satu teknologi inovatif, pemeriksaan dengan REMS juga dapat menegakkan diagnosis osteoporosis. 

Beda dengan DXA, metode REMS tidak memanfaatkan radiasi, sehingga sangat aman untuk penggunaan berulang. 

REMS memakai teknologi ultrasound untuk mengevaluasi tingkat kepadatan tulang dan memberi informasi detail mengenai kualitas tulang dan risiko patah tulang.

Metode ini juga cocok bagi kelompok seperti orang dewasa muda atau wanita hamil yang berisiko jika terpapar radiasi. 

Teknologi non-invasif ini bisa mengukur kepadatan tulang pada area seperti bagian tulang belakang dan leher femur (tulang di bawah sendi panggul), yang mana menjadi area penting dalam mendukung diagnosis osteoporosis. 

  • Tes densitas tulang di bagian perifer
Selanjutnya, pemeriksaan penunjang osteoporosis yakni pemeriksaan densitas tulang di situs perifer seperti lengan, kaki, jari, tumit, dan pergelangan tangan. 

Tes ini juga menjadi metode alternatif yang bisa mendukung diagnosis dari osteoporosis. 

Contoh metode yang sering digunakan untuk mengukur kepadatan tulang pada bagian non-spine (area selain tulang belakang serta tulang ekor) dan non-hip ini seperti: 
  • Peripheral Dual-Energy X-ray Absorptiometry (pDXA): menjadi versi portabel dari DXA untuk pengukuran kepadatan tulang di bagian perifer seperti lengan bawah atau pergelangan tangan. 
  • Peripheral Quantitative Computed Tomography (pQCT): memberi pengukuran volumetrik kepadatan tulang bagian pergelangan tangan. 
  • Quantitative Ultrasound (QUS): merupakan metode non-radiasi untuk memeriksa tulang tumit. Walaupun tidak bisa mendiagnosis osteoporosis, tapi QUS bisa digunakan untuk menilai risiko fraktur dan menjadi skrining awal. 
Upaya menjalani tes di atas bisa menjadi pemeriksaan penunjang osteoporosis. Anda bisa melakukannya di tempat dengan staf terlatih dan tersertifikasi oleh organisasi seperti International Society for Clinical Densitometry (ISCD). 

Sebagian besar bisa Anda temukan di departemen radiologi rumah sakit, kelompok radiologi swasta, dan beberapa praktik medis menawarkan tes kepadatan tulang atau di sejumlah tempat praktik medis yang menawarkan tes kepadatan tulang. 

Meski tak seakurat tes DXA yang menjadi standar emas dalam diagnosis osteoporosis, metode-metode ini akan membantu Anda mendeteksi risiko rendahnya kepadatan tulang. 

  • Vertebral Fracture Assessment (VFA)
Pemeriksaan penunjang osteoporosis selanjutnya adalah VFA yang merupakan teknik pencitraan untuk mendeteksi terjadinya fraktur di tulang belakang. 

Adanya fraktur di tulang belakang sering kali jadi tanda osteoporosis. VFA umumnya akan dilakukan berbarengan dengan DXA guna mengukur tingkat kepadatan tulang. 

Selain itu, VFA juga memeriksa terjadinya fraktur vertebra (tulang belakang) dalam satu sesi pemeriksaan. 

VFA ini sangat berguna karena banyak fraktur yang tak terdeteksi akibat tak adanya gejala. 

Padahal, fraktur terutama fraktur vertebra (baik yang memiliki gejala maupun ‘silent vertebral vacture’ tanpa gejala) menjadi salah satu indikator kuat mengenai peningkatan risiko fraktur lainnya di masa depan. Selain itu, VFA ini cocok sebagai pemeriksaan penunjang osteoporosis karena mampu mendeteksi fraktur yang tanpa gejala, memiliki paparan radiasi lebih rendah, dan juga meningkatkan keputusan pengobatan. Itu dia informasi mengenai pemeriksaan penunjang osteoporosis.Menjaga kesehatan tulang serta mencegah komplikasi osteoporosis sejak dini sangat penting untuk Anda, utamanya melalui beragam pemeriksaan penunjang osteoporosis seperti yang telah disebutkan. 
Perawat Home Care dan Perawat Luka Medi-Call
Medi-Call: Layanan Perawat Home Care dan Perawat Luka di Rumah Anda
Jika Anda butuh bantuan pemeriksaan atau konsultasi lebih lanjut, bisa panggil dokter ke rumah dengan layanan dari Medi-Call. Cukup hubungi dokter lewat WhatsApp Medi-Call atau Aplikasi Medi-Call!Ditinjau oleh: dr. Stanislaus Ivanovich K                                                      
Referensi:
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Terkait

Arsip