Pernahkah Anda mendengar mengenai depresi yang terjadi pada seorang ibu pasca melahirkan.
Tahukah Anda bahwa kepedulian Anda mungkin saja dapat membantu meringankan beban mereka?
Setiap tanggal 3 Mei diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Ibu Sedunia.
Dengan adanya satu hari ini di setiap tahunnya, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan kesehatan mental yang dialami para ibu serta perjuangan dan perubahan yang dialami wanita selama masa kehamilan dan pasca persalinan.
Hari ini merupakan kesempatan bagi kita semua untuk kembali menyadari adanya ironi di mana para ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan, tidak mendapatkan dukungan yang baik dari lingkungan sekitar.
Image Seorang Ibu Ideal
Seorang ibu ideal yang digambarkan selama ini di masyarakat adalah seorang ibu yang memiliki tubuh yang proporsional, mudah bergaul dan mampu memenuhi semua kebutuhan suami dengan baik sesaat pasca melahirkan.
Tentu saja potrait yang ideal ini sangat sulit untuk diwujudkan, hal ini menyebabkan para wanita merasa gagal dalam menjadi seorang ibu yang ideal pada masa di mana mereka seharusnya mendapatkan pengakuan dan dukungan.
Hal ini merupakan sebuah fenomena sosial di mana seorang ibu menjadi merasa terabaikan sehingga menyebabkan terjadinya depresi dan meningkatkan risiko penganiayaan pada anak.
Namun masyarakat dewasa ini terus berusaha dengan sebaik-baiknya dalam memberikan dukungan kepada para Ibu di masa-masa pentingnya.
Sayangnya, aturan mengenai masa cuti pasca kehamilan yang paling tepat dan sesuai untuk diterapkan secara universal belum dapat dirumuskan sepenuhnya.
Masa cuti ini sangat penting karena merupakan waktu penting digunakan untuk memulihkan fisik dan mental sang ibu, memperkuat ikatan ibu dan anak, mengatur pola waktu menyusui bayi dan pola tidur bayi.
Kita semua mengetahui manfaat kesehatan dari menyusui bayi dengan ASI ekslusif, namun di sisi lain hal ini menyebabkan para ibu yang tidak mampu atau tidak mau memberikan ASI ekslusif menjadi seperti dipermalukan.
Lingkungan masyarakat nampaknya memberikan dukungan terhadap ibu yang bekerja, namun pada saat mereka berusaha menyeimbangkan antara mengurus keluarga dan pekerjaan, profesionalisme dan kemampuan mereka seringkali dipertanyakan.
Masyarakat modern saat ini memiliki pendapat yang beragam mengenai image bentuk tubuh para ibu, mengenai ibu yang menitipkan anak di daycare atau ibu yang merawat sendiri anak-anaknya di rumah, dan mengenai ibu yang bekerja dibandingkan dengan ibu rumah tangga.
Permasalahan Depresi Pasca Melahirkan Seringkali Tidak Menjadi Perhatian
Ketika para ibu ini berjuang dalam melawan depresi pasca melahirkan, mereka juga harus menghadapi komplikasi yang umum terjadi pasca melahirkan bayi mereka.
Hal ini dialami oleh 1 hingga 5 wanita, namun mereka tidak dapat secara bebas mengungkapkan hal ini.
Nampaknya merupakan suatu hal biasa bagi masyarakat membicarakan mengenai komplikasi yang terjadi pada kehamilan seperti persalinan yang berkepanjangan, perlambatan detak jantung janin dan cacat bawaan.
Namun mengapa pembicaraan mengenai depresi yang terjadi pada ibu pasca melahirkan masih dianggap tabu.
Padahal keadaan ini merupakan keadaaan yang umum terjadi dan merupakan issue kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian.
Gejala Depresi Pasca Melahirkan
Depresi yang terjadi pada para ibu pasca melahirkan menjadikannya tidak mungkin dapat merawat bayinya dengan sebaik-baiknya.
Dengan gejala umum seperti lemas dan nampak tidak berenergi, motivasi yang berkurang, suasana hati yang terganggu, serta kesulitan dalam membangun ikatan batin dengan sang bayi.
Gejala-gejala ini sayangnya terjadi pada saat sang ibu seharusnya membutuhkan suasana hati yang baik dan stabil serta energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sang bayi yang tiada akhir.
Hal inilah yang membuat masa-masa pasca melahirkan merupakan masa yang sangat kritikal.
Para ibu yang menderita depresi biasanya muncul dari lingkungan yang lebih rentan terhadap depresi seperti:
- Wanita yang tidak mendapat dukungan dari pasangan,
- Keluarga ataupun teman terdekat,
- Wanita dengan keadaan ekonomi yang kurang stabil,
- Wanita dengan komplikasi penyakit, dan
- Wanita yang telah terdiagnosa memiliki kesehatan mental yang kurang baik atau mengalami kecanduan rokok atau obat-obatan terlarang.
Selama karirnya, Dr. Aparna Lyer, seorang psikiater dan juga kontributor di Huffington Post, menyatakan ia seringkali mendengar keluhan dari ibu yang baru saja melahirkan dan keluarganya.
Lyer juga mengungkapkan bahwa mereka merasa mampu melawan gejala-gejala depresi pasca melahirkan dengan harapan gejala-gejala tersebut akan perlahan hilang secara alami seiring dengan berjalannya waktu.
Namun sebagian besar dari mereka merasa terkejut bahwa yang terjadi malah sebaliknya, semakin lama mereka menunda pengobatan, gejala depresi menjadi semakin parah.
Bahkan ironisnya beberapa wanita tidak menunjukkan adanya masalah pada dirinya sama sekali, sebelum akhirnya ditemukan bunuh diri.
Jangan Segan Untuk Mencari Pengobatan
Pengobatan depresi pasca melahirkan dapat dilakukan secara cepat, efektif dan aman.
Namun, untuk pertama kali memulai pengobatan, pasien harus pertama-tama mengakui kesulitan yang mereka hadapi pada dokter terpercaya dan pada dirinya sendiri.
Kita sebagai masyarakat juga ikut bertanggung jawab untuk menjadikan perjuangan keras yang dilakukan para ibu yang baru saja melahirkan bayinya sebagai sesuatu hal yang normal terjadi dan bukan sesuatu hal yang tabu untuk dibicarakan.
Depresi semacam ini dapat terjadi pada siapapun, bahkan pernah terjadi pada beberapa selebritis dunia seperti Brooke Shields dan Chrissy Teigen beberapa waktu lalu yang telah memecah kebisuan dunia.
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk terus mengirimkan pesan secara luas bahwa tidak apa-apa jika seorang ibu mengalami kesulitan dalam proses penyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
Mencari bantuan dan mendapatkan pengobatan kesehatan mental bukan hanya suatu hal yang wajar namun juga sangat penting untuk didapatkan para ibu.
Untuk Ibu di seluruh dunia tetap semangat dan tersenyumlah karena senyumanmu mungkin bukanlah apa-apa bagi dunia tapi yang pasti senyumanmu adalah dunia bagi anak-anakmu.
Sumber:
http://www.huffingtonpost.com/entry/postpartum-moms-and-why-our-society-needs-to-do-more_us_59095ac2e4b03b105b44bd6c?section=us_healthy-living