Epilepsi pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Kenali gejala, penyebab, dan cara mengatasi epilepsi pada bayi. Penting bagi orang tua untuk memahami kondisi kejang pada si Kecil sejak dini dan langkah penanganannya.

Epilepsi merupakan masalah kesehatan yang tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi bayi juga bisa mengalaminya. Tentu rasanya begitu mengkhawatirkan bagi orang tua saat melihat si Kecil mengalami epilepsi. 

Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memahami apa itu epilepsi pada bayi, bagaimana gejalanya, apa penyebab yang mungkin terjadi, serta bagaimana cara menanganinya.

Dengan pengetahuan yang tepat, orang tua dapat lebih sigap dalam menghadapi epilepsi pada bayi.

Medi-Call: Layanan Perawat Bayi di Rumah

Mengenal Kondisi Epilepsi pada Bayi

Epilepsi adalah kondisi neurologis (saraf pada otak) yang ditandai dengan adanya aktivitas listrik yang tidak teratur di otak, yang menyebabkan terjadinya kejang. 

Meski epilepsi lebih umum menyerang anak-anak dan orang dewasa, faktanya, kondisi ini juga bisa dialami oleh bayi, bahkan sejak hari pertama kehidupannya.

Risiko terjadinya kejang akibat epilepsi paling tinggi terjadi pada tahun pertama setelah bayi lahir, terutama pada bulan pertama. 

Bayi yang lahir prematur atau memiliki masalah kesehatan tertentu sejak lahir termasuk kelompok yang lebih rentan terhadap epilepsi. 

Namun, tidak semua kejang pada bayi berarti epilepsi, sehingga penting untuk dilakukan pemeriksaan medis guna memastikan diagnosis.

Gejala Epilepsi pada Bayi

Gejala utama epilepsi pada bayi adalah kejang. Namun, tanda-tanda kejang bisa sangat samar dan sulit dikenali. 

Beberapa bayi mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas sebelum kejang terjadi, sehingga orang tua perlu lebih waspada terhadap perubahan perilaku yang tidak biasa.

Beberapa tanda awal yang mungkin mengindikasikan kejang meliputi:

  • Hilangnya kesadaran atau bayi tampak “melamun” dengan tatapan kosong.
  • Bayi tampak kebingungan sesaat setelah kejang.
  • Perubahan mendadak pada indera, seperti penglihatan atau pendengaran, meskipun sulit dideteksi pada bayi.
  • Perasaan tidak nyaman seperti gelisah atau suhu tubuh yang berubah tanpa sebab yang jelas.
Baca juga:  Orang Tua Wajib Tahu, Ini Penyebab Kolik pada Bayi, Gejala, hingga Perawatannya

Untuk memahami epilepsi pada bayi, penting untuk mengenali apa saja yang mungkin terjadi pada bayi selama kejang berlangsung. Beberapa hal yang bisa terlihat antara lain:

  • Gerakan otot yang tidak terkendali, seperti kejang, kedutan, atau gerakan berulang pada bagian tubuh tertentu.
  • Kesulitan berbicara (pada bayi yang sudah mulai mengoceh) atau gerakan mulut seperti mengunyah atau mengecap tanpa alasan.
  • Napas yang cepat dan detak jantung yang meningkat.
  • Tidak responsif terhadap suara atau rangsangan sekitarnya.

Gejala kejang biasanya berlangsung hanya 30 detik hingga 1,5 menit dan bisa berbeda antara satu bayi dengan yang lain. Namun, pada banyak kasus, bayi akan menunjukkan pola gejala yang serupa setiap kali kejang terjadi.

Setelah kejang berakhir, bayi bisa tampak lelah, bingung, atau rewel. Karena sulitnya mengenali gejala epilepsi pada bayi, penting bagi orang tua untuk mencatat perilaku yang tidak biasa, termasuk durasinya, dan segera berkonsultasi dengan dokter jika ada kekhawatiran.

Penyebab Epilepsi pada Bayi

Epilepsi pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, meskipun sayangnya, dalam sekitar 60% kasus, penyebab pastinya tidak diketahui. Beberapa penyebab epilepsi pada bayi yang paling umum meliputi:

  • Kelahiran prematur yang dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan di otak (perdarahan intrakranial).
  • Cedera otak saat lahir, misalnya akibat kekurangan oksigen (hipoksia) yang kemudian menyebabkan kerusakan jaringan otak.
  • Infeksi serius, seperti infeksi yang menyerang otak atau sistem saraf pusat.
  • Kelainan pada struktur otak, termasuk gangguan pada perkembangan otak yang sudah terjadi sejak dalam kandungan.
  • Kondisi genetik tertentu, seperti sklerosis tuberosa, yang dapat memengaruhi fungsi dan struktur otak.

Mengetahui penyebab epilepsi sangat membantu dalam menentukan pengobatan dan memilih strategi terbaik untuk mengontrol kejang.

Baca juga:  Apa Penyebab Bayi Baru Lahir Sudah Punya Gigi?

Perlu diingat juga, sebagian bayi atau anak-anak bisa mengalami satu atau dua kali kejang dalam waktu singkat, kemudian tidak pernah mengalaminya lagi.

Namun, pada beberapa kasus, kejang bisa muncul kembali di kemudian hari dan berlangsung terus hingga masa kanak-kanak.

Pengobatan Epilepsi pada Bayi

Penanganan epilepsi pada bayi umumnya melibatkan pemberian obat anti-kejang (anti-seizure medication) yang bertujuan untuk mengontrol atau mengurangi frekuensi kejang. 

Terdapat berbagai jenis obat yang digunakan dan pemilihannya sangat bergantung pada beberapa faktor, antara lain:

  • Jenis kejang yang dialami bayi
  • Usia bayi saat kejang pertama kali muncul
  • Penyebab epilepsi, jika sudah diketahui
  • Riwayat kondisi kesehatan lain yang dimiliki bayi, termasuk penggunaan obat-obatan lain
  • Perkiraan perkembangan kondisi epilepsinya ke depan

Pengobatan epilepsi bersifat individual, sehingga pemantauan dan evaluasi rutin sangat penting untuk memastikan pengobatan berjalan efektif dan aman bagi bayi.

Demikian informasi mengenai epilepsi pada bayi. Menghadapi kondisi epilepsi pada bayi tentu bukan perkara mudah. Perlu ketenangan, pemahaman yang tepat, dan dukungan dari tenaga medis yang andal. 

layanan baby care Medi-Call
Medi-Call: Layanan Baby Care di Lokasi Anda

Jika Anda membutuhkan bantuan profesional untuk merawat si Kecil yang memiliki kondisi khusus seperti epilepsi, Medi-Call hadir untuk membantu.

Layanan perawat bayi di rumah dari Medi-Call siap memberikan perawatan terlatih, penuh perhatian, dan sesuai kebutuhan si Kecil. 

Segera hubungi WhatsApp Medi-Call sekarang atau pesan jasanya lewat aplikasi

Ditinjau oleh: dr. Stanislaus Ivanovich K

Referensi:

Spread the love
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Terkait

Archives