Mitos alergi muncul dan berkembang menjadi isu yang dipercaya di masyarakat. Namun apakah mitos tersebut benar? Simak lebih lanjut artikel ini.
Sekarang ini, hasil riset dan penelitian dari beberapa tenaga medis menyebutkan bahwa pemahaman kesehatan terdahulu atau yang berlangsung secara turun-temurun kebanyakan tidak tepat.
Sayangnya, informasi tersebut banyak tersebar di internet, yang menyebabkan mis-informasi dan pasien pun percaya pada hal-hal yang tidak tepat bagi kesehatannya.
Berikut 6 mitos alergi yang kontroversial yang tampak dipercaya oleh banyak orang.
Segera pahami diri Anda dan orang di sekitar Anda sebelum melakukan penanganan yang tidak tepat bagi kondisi tubuh.
Mitos Alergi: “Saya tidak bisa makan roti, karena saya memiliki alergi pada Gluten”
Bagi kebanyakan orang yang percaya bahwa mereka memiliki alergi pada glueten, pada kenyataannya, mereka hanya memiliki intoleransi pada gluten.
Sangat jarang terjadi reaksi alergi yang nyata pada gandum.
Kebanyakan dari reaksi alergi terhadap makanan tersebut berasal dari bahan makanan yang paling dasar, yaitu gandum.
Kebanyakan orang melabeli diri mereka dalam memiliki alergi pada gluten dan langsung menghindari makanan berbahan dasar gluten tanpa melihat gejala-gejala dan indikasi medis yang menandakan bahwa mereka memang mengalami alergi pada gluten.
Sementara itu, Celiac Disease, yang merupakan kelompok yang memiliki reaksi alergi yang nyata pada gluten, hanya memengaruhi sekitar 1 persen dari populasi.
Mitos Alergi: Anjing atau Kucing, Ras Hypoallergenic Dapat Membantu Mengurangi Reaksi Alergi pada Hewan Peliharaan
Ras hypoallergenic menjadi pusat perhatian karena banyak orang yang kebetulan memiliki alergi pada hewan peliharaan.
Namun mereka bisa mengurus anjing dengan ras yang dipercaya bersifat hypoallergenic seperti Poodles, Shih-Tzu, Yorkies, dan Portuguese Water.
Sayangnya, menurut penelitian, tidak ada ras yang benar-benar memiliki sifat hypoallergenic.
Karena zat allergen tersebut dikeluarkan dari saliva, kelenjar keringat, dan kelenjar anus.
Tidak sama dengan yang orang-orang percayai, yaitu reaksi alergi yang timbul karena bersentuhan dengan bulu hewan peliharaan.
Namun memang ada beberapa ras yang dapat menyebabkan reaksi alergi yang parah dibandingkan ras yang lain.
Mitos Alergi: Pewarna Artifisial Menyebabkan Alergi dan ADHD pada Anak-Anak
Tidak ada bukti ilmiah yang kuat untuk mendukung adanya hubungan antara paparan pada pewarna artifisial dengan alergi-alergi tertentu.
Namun, beberapa studi pun muncul mengenai klaim bahwa pewarna artifial dapat menyebabkan perubahan perilaku pada anak-anak.
Termasuk berkontribusi dalam meningkatkan gangguan perilaku seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Namun dalam menindaklanjuti studi tersebut, Food and Drug Administration (FDA) Amerika menemukan bahwa hanya sub-kelompok tertentu dari sampel anak-anak dengan kondisi hiperaktif atau gejala mirip yang mengalami perubahan perilaku secara minim atau sedang yang bukan merupakan ciri khas sindrom ADHD.
Mitos Alergi: Anak-anak yang Lebih Muda dari Satu Tahun Tidak Diperbolehkan Makan Makanan yang Berpotensi Menyebabkan Alergi
Rumor di atas merupakan rumor yang bertolakbelakang jika tujuan Anda adalah membantu anak Anda dalam menghindari alergi pada makanan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa pengenalan awal pada makanan yang berpotensi memicu alergi tinggi seperti kacang dan telur akan menimbulkan toleransi pada bahan makanan tersebut.
Bagi beberapa anak-anak, tidak ada bukti yang pasti untuk mendukung mereka dalam menghindari makan-makanan yang berpotensi memicul alergi tinggi.
Mitos Alergi: Vaksin Akan Memicu Timbulnya Alergi Pada Telur
Banyak orang dengan alergi pada telur percaya bahwa mereka tidak bisa mendapatkan vaksinasi karena virus pada vaksin tersebut dikembangbiakkan di embrio ayam.
Namun, pengembangan virus vaksin sekarang ini, termasuk vaksin flu, sudah aman diterapkan pada banyak orang.
Mitos Alergi: Pewarna Kontras Yodium Bisa Memperparah Alergi Pada Kerang
Yodium digunakan dalam pewarna kontras pada CT Scan karena zat tersebut dapat memberikan image organ tubuh dan pembuluh darah yang lebih jelas di dalam tubuh.
Karena kerang juga mengandung yodium, banyak tenaga medis yang juga percaya bahwa orang-orang yang mengidap alergi pada kerang harus meenghindari zat kontras yodium. Namun hal tersebut hanyalah mitos juga.
Karena yodium bukan merupakan zat allergen, sejatinya yodium pun dapat ditemukan di dalam tubuh manusia.
Namun ada beberapa orang yang hypersensitive terhadap yodium dan akan mendapatkkan gejala-gejala anaphylaxis jika terpapar pada yodium.
Jika Anda merasa memiliki alergi pada suatu hal tertentu, ada baiknya Anda berkonsultasi pada dokter ke rumah dan allergist mengenai kondisi tubuh Anda.