Posisi Tidur Bayi agar Tidak Gumoh yang Benar

Memahami posisi tidur bayi agar tidak gumoh penting Anda ketahui sebagai orang tua. Posisi yang paling aman yakni telentang. Namun, masih banyak yang menganggap posisi tidur untuk mencegah gumoh adalah tengkurap.Bayi gumoh atau muntah setelah ibu memberi ASI maupun susu formula mungkin membuat Anda khawatir. Padahal, gumoh menjadi kondisi yang biasa dan umum dialami oleh bayi.Ingin tahu lebih lanjut mengenai posisi tidur bayi agar tidak gumoh? Cari tahu di sini. 
Medi-Call: Layanan Perawat Bayi di Rumah

Apa yang Menyebabkan Bayi Gumoh? 

Menurut Mayo Clinic, gumoh merupakan hal umum pada bayi yang sehat. Selama tiga bulan pertamanya, ada setengah dari seluruh bayi yang mengalami kondisi ini. Gumoh terjadi ketika isi perut (air liur, susu, makanan yang setengah dicerna) mereka kembali ke kerongkongan.Kondisi ini disebut sebagai refluks gastroesofagus, refluks bayi, atau refluks asam bayi. Otot di antara kerongkongan dan lambung, yang juga disebut sfingter esofagus bawah, pada bayi belum sepenuhnya berkembang dan matang. Jadi, fungsi utamanya untuk mencegah isi perut kembali naik ke kerongkongan tidak bisa sepenuhnya dilakukan. Maksudnya, otot tersebut belum sepenuhnya berfungsi dengan baik untuk menutup rapat saluran antara kerongkongan dan lambung. Akibatnya, bayi akan mengalami gumoh. Laman Mayo Clinic juga menyebut jika gumoh terjadi terutama saat lambungnya terlalu penuh dan sebagian isinya akan kembali naik ke kerongkongan dan keluar dari mulutnya. 

Pastikan Memilih Posisi Tidur Bayi agar Tidak Gumoh yang Tepat

Dari laman WebMD, ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mencegah gumoh. Salah satunya adalah menempatkannya dalam posisi tidur bayi agar tidak gumoh. Nah, bagaimana posisi posisi tidur bayi agar tidak gumoh yang tepat? Disarankan untuk tidak menidurkan bayi dalam posisi tengkurap yang dianggap oleh banyak orang tua lebih baik. Justru dengan tidur tengkurap, ada risiko fatal yang bisa terjadi. Laman Sleep Foundation mengatakan jika posisi tidur tengkurap dianggap meningkatkan risiko Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau sindrom kematian bayi mendadak. Jadi, pastikan untuk tidak membuatnya tengkurap dan membuat bayi tidur pada posisi yang benar. Selain mencegah terjadinya SIDS, tidur dengan posisi yang tepat juga menghindarkannya dari gumoh. 
Baca juga:  Tips Merawat Bayi Baru Lahir Anti Panik untuk Orang Tua Pemula

Lantas, Seperti Apa Posisi Tidur Bayi agar Tidak Gumoh yang Benar? 

Posisi tidur bayi agar tidak gumoh yang benar adalah dengan tidur telentang. Posisi ini dianggap yang terbaik oleh Mayo Clinic yang mengatakan bahwa menidurkan bayi di punggungnya bisa mengurangi gumoh atau bahkan bisa mencegahnya. Pertanyaannya, mengapa tidur telentang bisa menjadi posisi tidur bayi agar tidak gumoh? Laman Safe to Sleep menjawab pertanyaan tentang ini. Bahkan untuk bayi yang mengalami refluks gastroesofagus, bayi masih tetap harus dibiarkan telentang. Menurut artikel tersebut, justru saat Anda mengangkat salah satu ujung tempat tidur bayi atau kasurnya, ini merupakan upaya yang tidak efektif untuk mencegah refluks atau gumoh. Praktik tersebut juga justru berbahaya karena mampu memengaruhi kemampuan bayi bernapas dengan benar. Maka, disarankan tetap telentang. Dalam posisi telentang, laman Safe to Sleep menjelaskan, struktur anatomi tubuhnya bisa secara alami melindunginya dari risiko tersedak atau gumoh. Pasalnya, trakea (tenggorokan) berada di atas esofagus (kerongkongan). Saat bayi berbaring telentang, maka saluran tenggorok yang mengarah ke paru-paru letaknya lebih tinggi daripada saluran kerongkongan yang mengarah ke perut. Hal ini artinya jika terdapat cairan dari perut yang bergerak ke atas, seperti ketika gumoh, maka cairan tersebut harus melawan gravitasi dan artinya risiko tersedak maupun gumoh bisa berkurang. Jadi, itulah alasan mengapa posisi tidur bayi agar tidak gumoh yang terbaik dan benar menurut berbagai laman kesehatan adalah posisi telentang. 

Apa yang Bisa Dilakukan Selain Memilih Posisi Tidur Bayi agar Tidak Gumoh?

Tak hanya memastikan Anda harus memilihkan posisi tidur yang tepat, tapi laman Mayo Clinic memberikan kiat-kiat berikut untuk menguranginya: 
  • Jaga bayi agar tetap tegak 
Penting menjaga bayi tetap tegak agar menjaga makanan agar tetap di lambung dan memperkecil kemungkinannya naik ke kerongkongan. Selain itu, cobalah tetap memastikan posisinya tegak setidaknya selama 30 menit setelah makan. Kemudian juga dengan menghindarkannya dari aktivitas fisik yang intens karena akan membuat bayi bisa memuntahkan makanan yang baru saja ia makan. 
  • Jangan memberi makan berlebihan
Anda sebaiknya tidak memberikan porsi makan berlebihan atau dalam jumlah besar dalam satu waktu. Namun, bagilah makanan menjadi porsi kecil tapi dengan memberinya makan lebih sering. 
  • Berilah waktu untuk bersendawa bagi bayi 
Kemudian, ada saran setelah beberapa kali ia menyusu, berikan ia waktu sejenak atau hentikan sejenak agar ia terbantu untuk bersendawa. Dengan bersendawa, maka bayi bisa melepaskan udara yang terperangkap di dalam lambungnya lewat mulut. Cara ini efektif arena mampu mengurangi risiko udara yang menekan lambung bayi yang telah penuh susu dan bisa memicu gumoh. 
  • Pertimbangkan makanan yang Anda konsumsi
Bagi ibu menyusui, sebaiknya pertimbangkan makanan yang Anda konsumsi. Pasalnya, makanan yang dikonsumsi bisa berpengaruh pada kondisi bayi yang salah satunya adalah gumoh. Cobalah bereksperimen dengan diet seperti mengeliminasi sejumlah jenis makanan untuk tahu dampaknya pada bayi. Tujuannya untuk memahami apakah ada makanan yang dapat memicu gumoh atau reaksi lain pada bayi. 
layanan baby care Medi-Call
Medi-Call: Layanan Baby Care di Lokasi Anda
Jika gumoh masih terus berlanjut meskipun Anda sudah telah membuatnya dalam posisi yang tepat dan kiat di atas, sebaiknya hubungi dokter spesialis anak untuk informasi lebih lanjut. Bisa juga dengan panggil jasa perawat bayi datang ke rumah yang akan membantu mengajarkan Anda memahami posisi menyusui, cara membuat bayi bisa bersendawa sehabis makan, dan memposisikan bayi. Bisa hubungi lewat WhatsApp Medi-Call atau aplikasi Medi-Call!Ditinjau oleh: dr. Stanislaus Ivanovich K
Referensi:
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Terkait

Arsip