Mual muntah merupakan gejala yang bisa dialami siapa saja. Cari tahu penyebab mual muntah, cara mengatasinya, serta kapan harus ke dokter.
Mual muntah adalah dua gejala yang sering muncul bersamaan dan bisa dialami siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa.
Meski sering dianggap sepele, kondisi ini bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain itu, mual dan muntah tidak bisa diremehkan karena bisa menjadi tanda dari masalah kesehatan yang lebih serius.
Penyebabnya pun beragam, mulai dari gangguan pencernaan ringan hingga penyakit yang memerlukan penanganan medis.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas mengenai mual muntah, mulai dari apa saja penyebab umum mual dan muntah, gejala yang menyertai, cara mengatasinya baik secara alami maupun medis, hingga kapan waktu yang tepat untuk mencari bantuan dokter.

Definisi Mual Muntah
Mual adalah sensasi tidak nyaman yang biasanya terasa di bagian belakang tenggorokan atau dalam perut. Kadang disertai rasa pusing, kepala terasa ringan, atau kesulitan menelan. Mual sering kali datang bersamaan dengan keinginan untuk muntah, meski tidak selalu berakhir dengan muntah.
Muntah sendiri merupakan proses mengeluarkan isi lambung secara paksa melalui mulut. Saat seseorang muntah, otot-otot lambung berkontraksi kuat, mendorong isi perut naik lewat kerongkongan dan keluar melalui mulut.
Penyebab Umum Mual Muntah
Dilansir dari laman Stanford Healthcare, mual dan muntah bukanlah penyakit, melainkan gejala dari berbagai kondisi yang mendasarinya. Maka dari itu, penting untuk mengetahui penyebabnya agar dapat menentukan penanganan yang tepat.
Beberapa penyebab bisa bersifat ringan dan sementara, namun ada juga yang memerlukan perhatian medis segera. Berikut adalah beberapa penyebab umum mual dan muntah yang perlu Anda waspadai:
Infeksi Saluran Pencernaan
Salah satu penyebab umum dari mual muntah adalah infeksi saluran pencernaan, atau dikenal juga dengan istilah gastroenteritis.
Infeksi ini terjadi akibat peradangan pada saluran pencernaan, terutama lambung dan usus halus, yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit.
- Infeksi Bakteri
Infeksi saluran pencernaan akibat bakteri biasanya terjadi karena mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Bakteri seperti Salmonella, E. coli, Listeria, dan Clostridium perfringens sering ditemukan pada daging mentah atau setengah matang, telur, produk susu yang tidak dipasteurisasi, hingga buah dan sayuran yang tidak dicuci dengan bersih.
- Infeksi Virus
Infeksi virus atau yang sering disebut sebagai flu perut atau stomach flu, juga bisa menjadi penyebab infeksi saluran pencernaan.
Salah satu virus yang paling sering menyebabkan kondisi ini adalah Norovirus. Selain Norovirus, ada juga Rotavirus yang banyak menyerang anak-anak, namun kini sudah dapat dicegah dengan vaksinasi.
- Infeksi Parasit
Parasit seperti Giardia dan Cryptosporidium dapat menginfeksi saluran pencernaan melalui air atau makanan yang terkontaminasi, terutama di daerah dengan sanitasi buruk.
Parasit juga bisa menyebar melalui kontak dengan tanah atau air yang tercemar tinja, bahkan dari hewan ke manusia, misalnya dalam kasus toksoplasmosis yang bisa menyebar lewat kotoran kucing.
Infeksi saluran pencernaan umumnya memicu gejala, seperti mual dan muntah, diare, nyeri perut atau kram, kehilangan nafsu makan, demam, nyeri otot, serta dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Gejala ini bisa berlangsung beberapa hari, tergantung penyebabnya. Infeksi virus biasanya reda dalam waktu kurang dari seminggu, sementara infeksi bakteri atau parasit bisa berlangsung lebih lama dan membutuhkan penanganan khusus.
Gangguan Lambung seperti Maag atau GERD
Selain infeksi, mual dan muntah juga bisa disebabkan oleh gangguan lambung, seperti maag atau GERD (Gastroesophageal Reflux Disease).
Maag adalah sensasi tidak nyaman pada perut, sementara GERD terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan (esofagus) secara terus-menerus, menyebabkan iritasi dan rasa panas atau terbakar di dada yang biasa disebut heartburn.
Ada beberapa gejala umum dari GERD, antara lain:
- Sensasi terbakar di dada, terutama setelah makan atau saat berbaring.
- Mual dan rasa asam di mulut akibat makanan atau cairan lambung yang naik ke tenggorokan.
- Nyeri di perut bagian atas atau dada.
- Sulit menelan (disfagia).
- Sensasi seperti ada benjolan di tenggorokan.
Pada malam hari, GERD bisa memicu batuk berkepanjangan, suara serak, bahkan memperburuk gejala asma.
Penyebab utama GERD adalah lemahnya otot katup di bagian bawah kerongkongan (lower esophageal sphincter), yang seharusnya menutup setelah makanan masuk ke lambung.
Bila otot ini tidak bekerja dengan baik, asam lambung bisa naik kembali ke kerongkongan dan menyebabkan peradangan.
Faktor risiko GERD antara lain obesitas, hernia hiatus (bagian atas lambung menonjol ke atas diafragma), kehamilan, gangguan jaringan ikat seperti scleroderma, dan pengosongan lambung yang lambat.
Sementara itu, kebiasaan yang bisa memperburuk gejala GERD antara lain merokok, makan dalam porsi besar atau menjelang tidur, konsumsi makanan berlemak, gorengan, atau pedas, minuman berkafein, beralkohol, atau bersoda, serta obat-obatan tertentu seperti aspirin dan ibuprofen.
Mabuk Perjalanan (Motion Sickness)
Mual dan muntah juga kerap dialami saat bepergian, terutama saat menggunakan kendaraan seperti mobil, kapal, pesawat, atau kereta.
Kondisi ini dikenal sebagai mabuk perjalanan (motion sickness), yang disebabkan oleh gerakan berulang saat dalam perjalanan, seperti guncangan mobil di jalan bergelombang atau goyangan kapal di tengah laut.
Mabuk perjalanan terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara sinyal yang dikirim oleh mata dan telinga bagian dalam ke otak.
Saat tubuh merasa bergerak, namun mata melihat sesuatu yang tampak diam, otak menerima pesan yang saling bertentangan. Inilah yang memicu sensasi tidak nyaman, termasuk mual dan muntah.
Gejala umum mabuk perjalanan meliputi pusing atau kepala terasa ringan, mual muntah, sakit kepala, keringat dingin, wajah pucat, terasa dingin atau tidak enak badan.
Meskipun tidak membahayakan secara langsung, mabuk perjalanan bisa sangat mengganggu, terutama dalam perjalanan panjang.
Keracunan Makanan
Keracunan makanan juga menjadi salah satu penyebab mual dan muntah yang cukup umum terjadi. Kondisi ini terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman atau zat berbahaya.
Kontaminan ini bisa berupa bakteri, virus, parasit, maupun racun (toksin) yang diproduksi oleh mikroorganisme atau jamur.
Gejala keracunan makanan biasanya muncul dalam hitungan jam hingga beberapa hari setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Tingkat keparahan bisa bervariasi, namun kebanyakan kasus bersifat ringan dan dapat sembuh tanpa pengobatan medis.
Gejala umum keracunan makanan meliputi mual dan muntah, diare, sakit perut atau kram, perut kembung, kehilangan nafsu makan, demam ringan, dan kelelahan.
Makanan yang paling berisiko menyebabkan keracunan antara lain:
- Daging, ikan, atau telur mentah/setengah matang
- Produk susu yang tidak dipasteurisasi
- Buah dan sayur yang tidak dicuci bersih
- Makanan yang tidak disimpan atau dipanaskan dengan benar
Migrain atau Sakit Kepala Berat
Penyebab mual muntah selanjutnya adalah migrain atau sakit kepala berat.
Migrain adalah gangguan neurologis yang lebih kompleks dari sakit kepala biasa dan bisa menyebabkan nyeri hebat disertai gejala lain seperti mual, sensitivitas cahaya atau suara (nyeri kepala umumnya bertambah berat dengan adanya paparan cahaya atau suara yang bising), hingga kelelahan.
Berikut adalah beberapa jenis sakit kepala secara umum:
- Tension headache: nyeri di kedua sisi kepala seperti diikat atau ditekan akibat stres, kelelahan, atau tegang otot.
- Sinus headache: terjadi saat infeksi sinus, terasa di sekitar hidung, kepala area depan, dan mata.
- Cluster headache: nyeri sangat intens, muncul berulang pada waktu tertentu, sering dipicu cahaya atau aktivitas fisik.
Sementara itu, migrain bisa terjadi dalam empat fase, yakni prodrome (gejala awal), aura (gangguan sensorik), fase nyeri, dan fase pemulihan. Selain nyeri kepala, bisa muncul mual, pusing, dan kepekaan terhadap cahaya dan suara.
Efek Samping Obat-Obatan
Mengonsumsi obat sesuai resep dokter memang penting untuk membantu proses penyembuhan dan mencegah komplikasi. Namun, penggunaan obat yang tidak tepat bisa berdampak buruk bagi kesehatan, bahkan berisiko fatal.
Risiko efek samping dapat meningkat jika:
- Mengonsumsi banyak jenis obat sekaligus, yaitu lebih dari lima jenis obat (polifarmasi).
- Menemui lebih dari satu dokter tanpa memberi tahu masing-masing tentang obat yang sedang dikonsumsi.
- Membeli obat di apotek berbeda tanpa informasi lengkap tentang obat lain yang sedang digunakan.
- Sudah lanjut usia, karena metabolisme tubuh melambat sehingga obat bertahan lebih lama dalam tubuh.
- Menambahkan suplemen, herbal, atau vitamin tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.
- Minum obat tambahan untuk mengatasi efek samping dari obat pertama.
Efek samping bisa berupa gangguan ringan seperti mual, muntah, dan pusing, hingga reaksi serius seperti alergi berat, kerusakan hati atau gangguan jantung.
Konsumsi Alkohol Berlebihan
Mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan hangover, yaitu kumpulan gejala yang muncul setelah minum alkohol secara berlebihan. Gejalanya bisa meliputi sakit kepala, mual, muntah, kelelahan, dehidrasi, hingga gangguan konsentrasi.
Makin banyak alkohol yang dikonsumsi, makin besar kemungkinan seseorang mengalami hangover keesokan harinya.
Namun, tidak ada ukuran pasti seberapa banyak alkohol yang bisa dikonsumsi tanpa menimbulkan efek samping tersebut karena respons tubuh tiap orang bisa berbeda.
Meski umumnya hilang dengan sendirinya dalam waktu 24 jam, hangover dapat dicegah dengan:
- Membatasi jumlah konsumsi alkohol.
- Tidak minum dalam keadaan perut kosong.
- Minum air putih secara berkala untuk menghindari dehidrasi.
- Menghindari mencampur berbagai jenis minuman beralkohol.
Stres dan Faktor Psikologis
Pernah mual muntah saat sedang sangat stres? Ternyata, mual akibat stres adalah hal yang nyata dan umum terjadi.
Ketika tubuh berada dalam kondisi stres, ia melepaskan sejumlah hormon stres sebagai bagian dari respon “fight or flight” (lawan atau lari). Respon ini memengaruhi hampir seluruh sistem tubuh, termasuk sistem pencernaan.
Akibatnya, stres bisa menyebabkan berbagai gangguan pencernaan, seperti:
- Mual
- Sakit perut atau kram
- Perubahan kebiasaan buang air besar
- Muntah
Namun, tidak semua orang mengalami mual karena stres. Beberapa kondisi yang bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap gangguan pencernaan akibat stres antara lain:
- Penyakit saluran cerna, seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS)
- Masalah kesehatan mental, seperti depresi atau gangguan kecemasan
Mengelola stres secara efektif sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan. Teknik relaksasi seperti meditasi, olahraga ringan, cukup tidur, dan berbicara dengan orang terpercaya atau tenaga profesional dapat membantu mengurangi gejala.
Penyakit Sistemik
Mual dan muntah juga bisa menjadi gejala dari penyakit sistemik, yaitu penyakit yang memengaruhi seluruh tubuh atau beberapa organ secara bersamaan. Dua contoh yang umum adalah hepatitis dan gagal ginjal.
Hepatitis adalah peradangan pada hati, biasanya disebabkan oleh infeksi virus (seperti hepatitis A, B, atau C), konsumsi alkohol berlebihan, atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu.
Ketika hati terganggu, proses detoksifikasi tubuh ikut terhambat. Akibatnya, zat-zat beracun bisa menumpuk dalam darah dan memicu mual dan muntah.
Sementara itu, gagal ginjal terjadi saat ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring limbah dan cairan dari darah. Penumpukan limbah ini bisa menyebabkan berbagai gejala, termasuk mual muntah.
Karena fungsi hati dan ginjal sangat vital bagi tubuh, mual yang disebabkan oleh penyakit sistemik biasanya tidak membaik tanpa penanganan medis yang tepat.
Jika Anda mengalami kondisi di atas yang menyebabkan mual dan muntah, Anda bisa panggil dokter ke rumah.
Anda bisa menghubungi dokter via call center 24 jam atau lewat aplikasi Medi-Call. Dengan begitu, penanganan terhadap penyebab mual dan muntah bisa lebih cepat dan nyaman.
Mual dan Muntah Berdasarkan Kondisi Khusus
Mual dan muntah bisa terjadi pada siapa saja, tetapi respons tubuh terhadap kondisi ini bisa berbeda-beda tergantung pada usia, kondisi fisik, dan kondisi medis seseorang.
Beberapa kelompok memiliki risiko lebih tinggi mengalami mual dan muntah, seperti ibu hamil, anak-anak, lansia, hingga pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Selain itu, faktor psikologis juga dapat memicu gejala ini melalui gangguan psikosomatik.
Untuk memahaminya, mari kita bahas mual dan muntah berdasarkan kondisi khusus berikut ini:
Mual dan Muntah pada Ibu Hamil (Morning Sickness)
Morning sickness adalah mual dan muntah yang terjadi selama kehamilan. Ini merupakan kondisi umum yang dialami hingga 70% wanita pada trimester pertama kehamilan (tiga bulan pertama).
Meskipun disebut “morning” sickness, mual ini bisa terjadi kapan saja sepanjang hari. Ada berbagai pengobatan rumahan untuk morning sickness, termasuk perubahan pola makan dan gaya hidup.
Beberapa dokter kandungan merekomendasikan obat bebas (OTC) untuk mengatasi mual. Gejala biasanya membaik pada trimester kedua (mulai minggu ke-14).
Mual dan Muntah pada Anak-Anak
Anak-anak termasuk kelompok yang cukup sering mengalami mual dan muntah. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari infeksi ringan hingga gangguan sistemik yang lebih serius.
Dalam banyak kasus, mual dan muntah pada anak bersifat sementara dan akan membaik dalam beberapa hari. Namun, penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda kapan kondisi ini memerlukan perhatian medis.
Berikut beberapa penyebab umum mual dan muntah pada anak:
- Gastroenteritis (Flu Perut)
Penyebab umum mual dan muntah pada anak-anak adalah gastroenteritis atau flu perut, yaitu peradangan pada saluran pencernaan akibat infeksi virus.
Virus yang sering menyebabkan kondisi ini adalah Norovirus dan Rotavirus. Gejalanya biasanya meliputi mual, muntah, diare, demam ringan, dan nyeri perut.
- Keracunan Makanan
Anak juga rentan mengalami keracunan makanan akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Gejalanya mirip dengan gastroenteritis, namun biasanya muncul lebih cepat setelah mengonsumsi makanan penyebabnya, umumnya dalam waktu beberapa jam.
- Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
GERD pada anak terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan. Selain mual dan muntah, anak juga bisa menunjukkan gejala seperti batuk kering, kesulitan makan, atau pertumbuhan yang terhambat jika GERD berlangsung kronis.
- Migrain Perut (Abdominal Migraine)
Migrain perut adalah kondisi neurologis yang lebih sering dialami oleh anak-anak daripada orang dewasa.
Gejalanya meliputi nyeri perut parah yang datang secara tiba-tiba, disertai mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan pucat.
- Sindrom Muntah Siklik (Cyclic Vomiting Syndrome/CVS)
CVS adalah kondisi langka tetapi serius yang ditandai dengan muntah hebat berulang yang berlangsung selama beberapa jam hingga hari.
Pola muntahnya seringkali konsisten (misalnya terjadi di waktu yang sama setiap bulan). Penyebab CVS belum sepenuhnya dipahami, namun diyakini berkaitan dengan sistem saraf otonom dan riwayat migrain dalam keluarga.
- Gangguan Sistem Saraf atau Psikologis
Dalam beberapa kasus, mual dan muntah pada anak juga bisa disebabkan oleh masalah pada otak, seperti tekanan intrakranial yang meningkat, tumor otak, atau infeksi seperti meningitis.
Selain itu, faktor psikologis seperti stres berat, gangguan kecemasan, atau ketegangan emosional juga dapat memicu gejala ini, terutama jika tidak ditemukan penyebab fisik yang jelas.
Mual dan Muntah pada Lansia
Mual merupakan gejala umum namun tidak bisa dianggap sepele pada lansia karena bisa menandakan adanya masalah kesehatan yang mendasarinya.
Seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami berbagai perubahan fisiologis dan rentan terhadap penyakit kronis, yang dapat memicu rasa mual.
Penyebab umum mual pada lansia antara lain:
- Obat-obatan: Interaksi atau efek samping dari penggunaan banyak obat sekaligus.
- Masalah saluran cerna: Seperti GERD, gastritis, atau tukak lambung.
- Infeksi: Virus atau bakteri, seperti flu perut atau keracunan makanan.
- Penyakit kronis: Gagal ginjal, penyakit hati, gagal jantung, dan diabetes.
- Perubahan indra: Penurunan fungsi penciuman dan pengecapan.
- Dehidrasi: Kurangnya asupan cairan.
- Gangguan neurologis: Migrain, gangguan vestibular atau keseimbangan, dan stroke.
- Faktor psikologis: Stres, cemas, dan depresi.
- Ketidakseimbangan metabolik: Seperti kadar gula rendah atau gangguan elektrolit.
- Efek pasca operasi: Anestesi atau obat pereda nyeri.
- Kanker dan pengobatannya: Termasuk kemoterapi dan radiasi.
- Pola makan buruk: Malnutrisi atau konsumsi makanan yang sulit dicerna.
Lansia bisa mengalami mual kronis yang berlangsung terus-menerus atau berulang. Penyebabnya bisa berasal dari gangguan pencernaan, penyakit kronis seperti diabetes atau gagal ginjal, gangguan neurologis seperti Parkinson atau migrain, infeksi jangka panjang, ketidakseimbangan metabolik, efek samping obat, masalah psikologis, hingga kanker dan pengobatannya.
Karena banyaknya kemungkinan penyebab, penting bagi lansia yang sering mengalami mual untuk segera berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Mual dan Muntah setelah Kemoterapi
Mual dan muntah merupakan efek samping yang umum terjadi akibat pengobatan kemoterapi pada pasien kanker. Risiko seseorang mengalami mual dan muntah akibat kemoterapi bergantung pada beberapa faktor, antara lain:
- Jenis obat kemoterapi yang diberikan dan dosisnya.
- Apakah pasien juga menjalani terapi kanker lainnya selama kemoterapi.
- Riwayat mual dan muntah di masa lalu, baik akibat pengobatan atau kondisi lain.
- Jumlah obat yang diterima, serta beberapa obat mungkin tidak terlalu menyebabkan mual jika diberikan dalam dosis yang lebih rendah.
Mual dan Muntah Akibat Gangguan Psikosomatik
Gangguan psikosomatik adalah kondisi fisik yang dipicu atau diperparah oleh faktor psikologis, terutama stres.
Dalam konteks ini, stres yang berkepanjangan atau intens dapat memengaruhi fungsi tubuh secara nyata, termasuk sistem pencernaan, dan memunculkan gejala fisik seperti mual dan muntah, meskipun tidak ada penyebab medis yang jelas.
Jika Anda merasa khawatir dengan gejala mual muntah yang dialami, baik oleh diri sendiri, anak, atau orang tua, tidak perlu menunggu lama ke fasilitas kesehatan.
Anda bisa panggil dokter ke rumah melalui layanan Medi-Call. Dengan layanan ini, dokter akan langsung datang ke lokasi Anda untuk memberikan pemeriksaan menyeluruh, terutama bagi pasien yang sulit bepergian atau membutuhkan penanganan cepat di rumah.
Cukup hubungi call center 24 jam atau akses lewat aplikasi Medi-Call untuk kenyamanan dan ketenangan Anda serta keluarga.
Gejala yang Menyertai Mual dan Muntah
Mual dan muntah sering kali bukan satu-satunya gejala yang muncul. Keduanya bisa datang bersama dengan berbagai keluhan lain tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Berikut adalah gejala yang menyertai mual muntah:
Nyeri Perut
Nyeri perut merupakan salah satu gejala yang paling umum menyertai mual dan muntah. Kombinasi kedua gejala ini bisa menjadi petunjuk penting adanya gangguan pada sistem pencernaan.
Penyebabnya bisa bersifat akut (muncul tiba-tiba dan berlangsung singkat) maupun kronis (berlangsung lama dan berulang).
Demam
Demam adalah respon alami tubuh terhadap infeksi atau peradangan, dan sering kali muncul bersamaan dengan mual dan muntah. Kondisi ini terjadi ketika suhu tubuh meningkat sebagai upaya melawan mikroorganisme penyebab penyakit, seperti virus, bakteri, atau parasit.
Beberapa kondisi yang umum menyebabkan demam disertai mual dan muntah antara lain:
- Infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis)
Salah satu penyebab paling umum. Gejalanya meliputi demam ringan hingga tinggi, mual, muntah, diare, dan nyeri perut.
- Keracunan makanan
Biasanya muncul secara mendadak beberapa jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Selain demam, penderita bisa mengalami muntah hebat, diare, dan kram perut.
Pusing atau Sakit Kepala
Pusing dan sakit kepala yang disertai mual dan muntah merupakan kombinasi gejala yang cukup umum dan bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari yang ringan hingga yang serius.
Gejala ini sering kali terjadi secara bersamaan karena keduanya berkaitan dengan sistem saraf pusat dan keseimbangan tubuh.
Beberapa penyebab umum dari pusing, sakit kepala, mual, dan muntah antara lain:
- Migrain
Salah satu penyebab paling umum. Migrain sering ditandai dengan sakit kepala berdenyut di satu sisi kepala, mual, muntah, serta sensitivitas terhadap cahaya dan suara.
- Vertigo
Gangguan pada telinga bagian dalam, seperti infeksi atau peradangan (labirinitis atau vestibular neuritis), dapat menyebabkan sensasi berputar, pusing hebat, mual, dan kadang-kadang muntah.
- Tekanan darah rendah atau dehidrasi
Tekanan darah rendah atau dehidrasi bisa memicu rasa pusing disertai mual ringan hingga sedang.
- Infeksi virus atau flu
Selain demam dan nyeri tubuh, gejala seperti pusing dan mual juga bisa muncul saat tubuh sedang melawan infeksi.
Meskipun jarang, gejala pusing dan mual juga bisa menjadi tanda kondisi yang lebih serius, seperti tumor otak atau gangguan neurologis lain.
Dehidrasi
Dehidrasi adalah kondisi di mana tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang diterima, sehingga mengganggu keseimbangan elektrolit dan fungsi tubuh. Ketika tubuh kekurangan cairan, berbagai gejala dapat muncul, termasuk mual dan muntah.
Hilangnya Nafsu Makan
Hilang nafsu makan dan merasa mual bisa disebabkan oleh berbagai kondisi fisik dan psikologis, termasuk infeksi dan virus, keracunan makanan, intoleransi atau alergi makanan, kanker, kecemasan, atau depresi.
Stres, olahraga intens, dan faktor yang berkaitan dengan penuaan juga dapat memengaruhi nafsu makan. Obat-obatan atau pengobatan tertentu, terutama yang digunakan untuk kanker juga dapat memiliki efek samping berupa penurunan nafsu makan dan mual.
Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dan tidak diinginkan bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang mendasari.
Ketika penurunan berat badan disertai dengan mual dan muntah, bisa jadi ada kondisi medis yang perlu perhatian lebih. Berbagai kondisi, baik fisik maupun psikologis, dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan.
Diagnosis oleh Dokter
Untuk menentukan penyebab pasti dari mual dan muntah yang berlangsung terus-menerus atau disertai gejala lain yang mengkhawatirkan, diperlukan evaluasi medis yang menyeluruh.
Diagnosis yang tepat sangat penting agar penanganan dapat diberikan secara efektif dan sesuai dengan penyebab yang mendasarinya.
Berikut beberapa tahapan diagnosis yang umum dilakukan:
Pemeriksaan Riwayat Medis
Dokter akan menanyakan secara rinci mengenai gejala yang dialami, kapan gejala muncul, seberapa sering terjadi, serta apakah ada pemicu tertentu.
Selain itu, dokter mungkin akan menanyakan informasi tentang riwayat penyakit sebelumnya, penggunaan obat-obatan, pola makan, kebiasaan hidup, hingga kondisi psikologis.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai tanda-tanda vital (seperti tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh), serta mendeteksi kelainan yang mungkin terkait dengan gejala, seperti tanda dehidrasi atau kelainan neurologis.
Tes Laboratorium (Darah, Urine, Feses)
Tes darah dapat menunjukkan tanda infeksi, gangguan metabolisme, atau kelainan fungsi organ.
Pemeriksaan urine bisa mendeteksi infeksi saluran kemih atau dehidrasi, sementara tes feses dapat membantu mengidentifikasi infeksi saluran cerna, perdarahan, atau gangguan pencernaan lainnya.
Endoskopi atau USG Abdomen
Endoskopi digunakan untuk melihat langsung kondisi saluran cerna bagian atas (kerongkongan, lambung, dan usus dua belas jari), sedangkan USG abdomen dapat memberikan gambaran tentang kondisi organ-organ dalam. Kedua pemeriksaan ini membantu mendeteksi kelainan struktural atau penyakit organ dalam.
Pemeriksaan Neurologis (Jika Disertai Sakit Kepala Berat)
Jika mual dan muntah disertai dengan sakit kepala berat, pusing ekstrem, atau gangguan saraf lainnya, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan neurologis.
Ini bisa mencakup CT scan atau MRI otak untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi serius seperti tumor otak, stroke, atau peningkatan tekanan intrakranial.
Dengan diagnosis yang tepat, pengobatan yang diberikan akan lebih optimal dan kemungkinan sembuh pun akan lebih tinggi.
Penanganan dan Pengobatan
Penanganan mual dan muntah harus disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Dalam banyak kasus, gejala ini bisa mereda dengan perawatan sederhana di rumah, tetapi jika terjadi terus-menerus atau disertai gejala lain yang serius, diperlukan intervensi medis.
Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang umum digunakan:
Obat Antiemetik (Anti-mual)
Dokter dapat meresepkan obat antiemetik untuk mengurangi sensasi mual dan menghentikan muntah. Pemilihan obat tergantung pada usia, kondisi medis, serta penyebab gejala.
Rehidrasi dan Terapi Cairan
Muntah berulang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit tubuh. Untuk mengatasinya, pasien perlu mendapatkan cairan pengganti, baik melalui minuman elektrolit oral maupun infus (pada kasus yang berat). Terapi ini penting untuk mencegah dehidrasi.
Perubahan Pola Makan
Mengatur pola makan dapat membantu meredakan mual. Disarankan untuk mengonsumsi makanan dalam porsi kecil namun sering, menghindari makanan berlemak dan pedas, serta memperbanyak asupan cairan.
Penghentian atau Penyesuaian Obat yang Menyebabkan Efek Samping
Jika mual dan muntah muncul setelah mengonsumsi obat tertentu, dokter mungkin akan menghentikan, mengganti, atau menyesuaikan dosis obat tersebut.
Jangan menghentikan obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu, terutama jika obat tersebut berhubungan dengan kondisi kronis.
Penanganan Penyebab Utama
Pengobatan yang efektif harus berdasarkan penyebab utama dari mual dan muntah. Misalnya, infeksi virus atau bakteri akan ditangani dengan antivirus atau antibiotik, gastritis atau GERD memerlukan obat lambung, dan jika terdapat masalah neurologis atau gangguan metabolik, akan diberikan terapi sesuai diagnosis.
Pengobatan Alami untuk Mual dan Muntah
Selain pengobatan medis, beberapa cara alami juga bisa membantu meredakan mual dan muntah, terutama jika gejalanya ringan atau bersifat sementara.
Pengobatan alami ini umumnya aman dan mudah diterapkan di rumah, namun tetap perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Berikut beberapa pengobatan alami yang bisa dicoba:
Jahe: Rempah Alami Antimual
Jahe sering menjadi andalan sebagai cara alami untuk meredakan mual atau menenangkan perut yang tidak nyaman. Faktanya, manfaat jahe yang paling kuat didukung oleh penelitian adalah kemampuannya mengurangi mual dan muntah.
Khasiat obat dari jahe diyakini berasal dari senyawa gingerol (komponen aktif utama dalam jahe segar) dan shogaol (terutama terdapat dalam jahe kering).
Penelitian menunjukkan bahwa senyawa dalam jahe dapat meningkatkan respons sistem pencernaan dan mempercepat pengosongan lambung, yang membantu mengurangi rasa mual.
Selain itu, jahe memiliki sifat antiinflamasi atau antiperadangan, membantu pencernaan, dan mendukung pelepasan hormon yang mengatur tekanan darah untuk menenangkan tubuh dan mengurangi mual
Teh Peppermint untuk Menenangkan Perut
Teh peppermint populer untuk meredakan sakit perut dan mual. Minyak peppermint dapat mengurangi nyeri dan merilekskan otot saluran pencernaan.
Bahkan, menghirup aromanya saja dapat membantu meredakan mual pasca operasi. Teh peppermint menawarkan manfaat serupa dan mudah dibuat dari daun peppermint yang diseduh.
Air Lemon Hangat untuk Meredakan Mual
Aroma dan rasa asam dari lemon dapat merangsang produksi air liur dan membantu menetralisir asam lambung. Campuran air hangat dengan perasan lemon bisa menjadi solusi alami yang menyegarkan.
Aromaterapi (Minyak Esensial Jahe atau Peppermint)
Menghirup aroma minyak esensial jahe atau peppermint juga bisa memberikan efek menenangkan dan mengurangi rasa mual. Metode ini cocok untuk orang yang sensitif terhadap obat oral atau ingin menghindari konsumsi zat tambahan.
Akupresur di Titik P6 (Nei Guan) pada Pergelangan Tangan
Terapis tradisional menyarankan menekan titik akupresur P6, yang terletak di bagian dalam pergelangan tangan, untuk mengatasi mual. Penekanan lembut dengan ibu jari selama beberapa menit dipercaya dapat membantu meredakan gejala mual muntah.
Konsumsi Makanan Ringan dan Hambar
Makanan ringan, hambar, dan mudah dicerna seperti biskuit tawar atau roti putih dapat membantu menenangkan perut dan mencegah rasa mual makin parah akibat perut kosong.
Minum Sedikit Demi Sedikit Tapi Sering
Alih-alih minum dalam jumlah besar sekaligus, cobalah minum sedikit demi sedikit tetapi lebih sering. Ini membantu menjaga tubuh tetap terhidrasi tanpa memicu mual.
Mengatur Pernapasan untuk Mengatasi Mual karena Stres
Mual yang dipicu oleh stres atau kecemasan bisa dikurangi dengan teknik pernapasan dalam. Menarik napas perlahan lewat hidung, menahannya beberapa detik, lalu menghembuskan lewat mulut secara perlahan dapat membantu menenangkan sistem saraf.
Menjaga Lingkungan Tetap Sejuk dan Bebas Bau Tajam
Bau yang menyengat dapat memicu atau memperparah mual. Pastikan ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari bau-bau yang mengganggu seperti parfum menyengat, asap, atau makanan beraroma tajam.
Penanganan Khusus pada Ibu Hamil dan Lansia
Ibu hamil dan lansia membutuhkan pendekatan yang lebih hati-hati. Pada ibu hamil, bisa melakukan tips berikut:
- Cukup istirahat karena kelelahan bisa memperparah rasa mual.
- Hindari makanan atau aroma yang memicu rasa ingin muntah, seperti makanan berlemak, berminyak, pedas, hingga yang berbau menyengat.
- Makan dalam porsi kecil namun sering, pilih makanan yang hambar, tinggi karbohidrat, dan rendah lemak, seperti roti, nasi, biskuit, atau pasta.
- Jika aroma makanan panas membuat mual, pilih makanan dingin sebagai alternatif.
- Minum cukup cairan, terutama air putih. Minumlah sedikit demi sedikit tapi sering untuk mencegah dehidrasi dan muntah.
Sementara itu, lansia perlu mendapat perhatian lebih terhadap risiko dehidrasi dan efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi. Selain penanganan medis, beberapa perubahan gaya hidup bisa membantu meredakan gejala, yakni:
- Menjaga Hidrasi yang Cukup
Pastikan asupan cairan terpenuhi dengan rutin minum air putih atau teh jahe hangat. Minum sedikit demi sedikit tapi sering bisa membantu meredakan mual.
- Aktivitas Fisik Ringan
Olahraga ringan seperti berjalan kaki atau peregangan bisa membantu memperbaiki sistem pencernaan dan meningkatkan kesejahteraan secara umum.
- Istirahat yang Cukup
Kurang tidur dan kelelahan dapat memperburuk rasa mual. Lansia sebaiknya menjaga waktu tidur yang cukup dan berkualitas dengan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman.
- Teknik Pengelolaan Stres
Stres dan kecemasan bisa menjadi pemicu mual. Latihan pernapasan dalam, meditasi, atau yoga ringan dapat membantu menenangkan pikiran dan meredakan gejala.
Kapan Harus ke Dokter?

Meskipun mual dan muntah sering kali bisa diatasi sendiri di rumah, ada kondisi tertentu yang memerlukan pemeriksaan medis segera. Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami kondisi berikut:
Mual dan Muntah Berkepanjangan Lebih dari 2 Hari
Jika gejala tidak membaik dalam waktu 48 jam, bisa jadi ada penyebab yang lebih serius yang perlu ditangani secara medis.
Disertai Darah pada Muntah
Muntah darah (haematemesis) adalah kondisi yang perlu diperiksa segera karena sering kali memerlukan penanganan darurat.
Darah yang dimuntahkan bisa tampak berwarna merah terang, cokelat, atau bahkan hitam. Konsistensinya bisa cair, agak padat, atau menyerupai bubuk kopi.
Ada banyak kemungkinan penyebab muntah darah. Umumnya, ini menandakan adanya perdarahan di saluran cerna bagian atas, khususnya kerongkongan (esofagus) yang menghubungkan mulut ke lambung.
Disertai Penurunan Kesadaran atau Kejang
Kondisi ini bisa menjadi tanda gangguan serius pada sistem saraf dan perlu segera ditangani oleh tenaga medis.
Disertai Nyeri Perut Hebat
Nyeri perut yang tajam dan terus-menerus bisa mengindikasikan masalah serius seperti radang usus buntu (apendisitis) atau radang pankreas (pankreatitis).
Tidak Bisa Makan atau Minum Sama Sekali
Kondisi ini berisiko menyebabkan dehidrasi berat dan kekurangan nutrisi, terutama jika berlangsung lebih dari satu hari.
Jika Anda atau anggota keluarga mengalami kondisi-kondisi di atas dan sulit menjangkau fasilitas kesehatan, Anda tidak harus menunggu lama.
Gunakan layanan Medi-Call untuk panggil dokter ke rumah. Tim medis siap membantu Anda 24 jam, cukup melalui panggilan call center 24 jam atau aplikasi Medi-Call.
Cara Mencegah Mual dan Muntah
Langkah pencegahan dapat membantu mengurangi risiko terjadinya mual dan muntah, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat masalah pencernaan atau kondisi tertentu.
Berikut adalah beberapa cara mencegah mual muntah:
Menjaga Pola Makan Sehat
Konsumsi makanan bergizi seimbang dengan jadwal makan teratur dapat membantu menjaga sistem pencernaan tetap stabil. Selain itu, makan makanan kecil dengan frekuensi sering daripada makan langsung dalam porsi besar juga dapat mencegah mual muntah.
Menghindari Makanan Pemicu
Hindari makanan berlemak, terlalu pedas, atau berbau tajam yang dapat memicu rasa mual, terutama jika Anda memiliki lambung yang sensitif.
Selain itu, beberapa orang memiliki intoleransi terhadap makanan tertentu, yang berarti tubuh kesulitan mencernanya.
Dilansir dari Medical News Today, intoleransi makanan tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh, tetapi dapat menyebabkan mual beberapa jam setelah makanan dikonsumsi. Sumber umum intoleransi makanan meliputi:
- Makanan yang mengandung laktosa, seperti produk olahan susu.
- Makanan yang mengandung histamin, seperti beberapa jenis keju dan produk fermentasi.
- Makanan yang mengandung salisilat, seperti beberapa buah, sayuran, kacang-kacangan, rempah-rempah, dan bumbu.
Mengatur Posisi Tubuh Setelah Makan
Dianjurkan untuk tidak langsung berbaring setelah makan. Hal ini disebabkan oleh posisi tubuh yang horizontal, yang memudahkan asam lambung naik ke kerongkongan.
Terlebih lagi individu dengan kondisi seperti gastroesophageal reflux disease (GERD). Naiknya asam lambung ini dapat menimbulkan sensasi terbakar di dada (heartburn), rasa asam di mulut, dan mual.
Mengelola Stres dengan Baik
Stres bukan hanya memengaruhi kondisi mental, tetapi juga berdampak langsung pada kesehatan fisik, termasuk munculnya gejala mual.
Ketika seseorang mengalami stres, tubuh melepaskan hormon seperti kortisol yang dapat memicu gangguan pada sistem pencernaan, memperlambat proses pengosongan lambung, dan meningkatkan sensitivitas terhadap rasa tidak nyaman di perut
Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau sekadar istirahat yang cukup bisa sangat membantu.
Menghindari Paparan Bau Menyengat
Aroma tajam dari parfum, bahan kimia, atau makanan tertentu bisa memicu mual. Mengapa demikian?
Sistem penciuman dikirim ke bagian otak, seperti hipotalamus dan batang otak, yang mengatur respons otonom seperti nafsu makan, produksi air liur, dan kontraksi lambung. Dengan demikian, aroma tertentu dapat memengaruhi aktivitas pencernaan dan memicu mual.
Konsultasi Rutin dengan Dokter Bila Memiliki Penyakit Kronis
Jika memiliki kondisi medis seperti GERD, diabetes, atau gangguan hati, penting untuk berkonsultasi secara rutin agar gejala mual dapat dicegah sejak dini.
Dampak Negatif Jika Mual dan Muntah Diabaikan
Meskipun mual dan muntah ringan umumnya bisa reda dengan sendirinya, kondisi yang berlangsung terus-menerus bisa menimbulkan berbagai komplikasi serius, antara lain:
Dehidrasi dan Ketidakseimbangan Elektrolit
Muntah berulang menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit penting seperti natrium, kalium, dan klorida.
Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan kelelahan, gangguan irama jantung, hingga alkalosis metabolik (peningkatan pH darah secara abnormal). Jika dibiarkan, kondisi ini bisa mengancam nyawa.
Malnutrisi dan Penurunan Berat Badan
Mual dan muntah berkepanjangan membuat tubuh sulit menyerap nutrisi, sehingga berisiko mengalami malnutrisi, berat badan turun drastis, dan gangguan metabolisme. Rambut dan kuku bisa menjadi rapuh, dan tubuh terasa lemas akibat kekurangan gizi.
Kerusakan Enamel Gigi
Asam lambung yang keluar saat muntah bisa mengikis enamel gigi. Ini sering terjadi pada penderita bulimia, tetapi juga bisa dialami siapa saja yang muntah berulang. Enzim pencernaan dalam muntah juga dapat merusak gusi, memicu infeksi dan kerusakan gigi.
Robekan pada Kerongkongan
Muntah hebat bisa menyebabkan robekan pada dinding kerongkongan (Mallory-Weiss tear), yang ditandai dengan muntah darah segar. Dalam kasus yang sangat jarang, bisa terjadi ruptur penuh (Boerhaave syndrome), yaitu kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera.
Pneumonia Aspirasi
Jika seseorang muntah saat tidak sadar (misalnya karena mabuk berat, sedang dibius, bayi, atau lansia), isi lambung bisa masuk ke saluran napas. Ini disebut aspirasi, dan bisa menyebabkan infeksi paru (pneumonia aspirasi), yang berpotensi menyebabkan gagal napas jika tidak ditangani dengan cepat.
Butuh Dokter Tapi Sulit ke Rumah Sakit? Yuk, Panggil Dokter Medi-Call ke Rumah!

Jika mual dan muntah yang Anda alami berlangsung lama, disertai gejala berat, atau dialami oleh lansia, ibu hamil, atau anak-anak, jangan tunda untuk periksa ke dokter.
Kini, Anda tidak perlu repot ke luar rumah. Medi-Call hadir untuk membantu Anda dengan layanan panggil dokter ke rumah.
Medi-Call menyediakan dokter ke rumah yang dapat melakukan tindakan medis seperti (injeksi, infus, suntik vitamin C, vaksin, perawatan luka dan tindakan.
Dokter Medi-Call akan memberikan sesi konsultasi terlebih dahulu untuk menentukkan diagnosis dan penanganan yang tepat, serta akan melakukan pemeriksaan fisik pasien seperti tanda-tanda vital pasien, tekanan darah, kadar kolesterol, gula darah, cek darah dan layanan medis lainnya langsung di lokasi.
Anda bisa memanggil dokter ke rumah melalui panggilan call center 24 jam atau aplikasi Medi-Call.
Ditinjau oleh: dr. Stanislaus Ivanovich K
Referensi:
- Causes [Internet]. stanfordhealthcare.org. Available from: https://stanfordhealthcare.org/medical-conditions/digestion-and-metabolic-health/chronic-nausea/causes.html
- Gastrointestinal infection: Symptoms, types, and treatment [Internet]. www.medicalnewstoday.com. 2020. Available from: https://www.medicalnewstoday.com/articles/gastrointestinal-infection#Prevention
- Gastrointestinal Infection Solutions & Testing [Internet]. bioMérieux Website. Available from: https://www.biomerieux.com/corp/en/our-offer/hospital-laboratory/patient-condition/gastrointestinal-infection-solutions-and-testing.html
- Mayo Clinic. Gastroesophageal reflux disease (GERD) [Internet]. Mayo Clinic. 2024. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gerd/symptoms-causes/syc-20361940
- NHS. Motion sickness [Internet]. nhs.uk. 2017. Available from: https://www.nhs.uk/conditions/motion-sickness/
- CDC. Motion Sickness | Travelers’ Health | CDC [Internet]. wwwnc.cdc.gov. 2022. Available from: https://wwwnc.cdc.gov/travel/page/motion-sickness
- Mayo Clinic. Food poisoning – Symptoms and causes [Internet]. Mayo Clinic. 2022. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/food-poisoning/symptoms-causes/syc-20356230
- Penn Medicine. Migraine vs. Headache: How to Tell the Difference – Penn Medicine [Internet]. www.pennmedicine.org. 2022. Available from: https://www.pennmedicine.org/updates/blogs/health-and-wellness/2019/november/migraines-vs-headaches
- Hangovers – Symptoms and causes [Internet]. Mayo Clinic. 2017. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hangovers/symptoms-causes/syc-20373012
- Cleveland Clinic. Morning Sickness, Nausea & Vomiting of Pregnancy | Cleveland Clinic [Internet]. Cleveland Clinic. 2017. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16566-morning-sickness-nausea-and-vomiting-of-pregnancy
- About nausea and vomiting | Children’s Wisconsin [Internet]. Childrenswi.org. 2024. Available from: https://childrenswi.org/medical-care/gastroenterology-liver-and-nutrition-program/conditions/nausea-and-vomiting
- Ginger for Nausea: Effectiveness, Safety, and Uses [Internet]. Healthline. 2019. Available from: https://www.healthline.com/nutrition/ginger-for-nausea#effectiveness